Definisi Sukses Sejati


Oleh : Ust. Syarif Baraja

Definisi hidup sukses menurut Allah = sukses hidup adalah sukses yang membawa kita ke sukses akhirat. Cara memandang sukses adalah mengikuti cara memandang kehidupan. Allah telah memberikan kepada kita cara pandang kehidupan yang benar, yaitu memandang kehidupan tidak hanya di dunia saja. Karena memandang dunia dengan pandangan sempit juga membuat kita salah merumuskan teori Manusia boleh membuat buku tentang sukses, tapi dia harus ingat, bahwa dia menceritakan buku itu adalah pengalamannya selama hidup. Dia lupa bahwa manusia tidak ada yang tahu apa yang terjadi esok hari. Dia menulis adalah dengan pengalamannya sendiri. Pengalaman adalah masa yang lalu, dan bisa jadi pengalamannya tidak bisa diterapkan di zaman sekarang karnea ada perubahan2,  Atau tidak bisa diterapkan di tempat lain karena berbeda situasi.
Tapi yang pernah menulis tentang sukses hidup mereka berkata lain, mereka menganggap sukses adalah dengan sukses materi dan dunia. Menjadi orang kaya dan sebagainya. Sisukses kemudian mati, dan meninggalkan buku sukses di belakangnya. Si sukses hanya melewati sebuah episode yang ada dalam kehidupannya, yaitu episode dunia kerja dan usaha. Mungkin dia menjadi tua, dan menikmati hasil bukunya. Serta menikmati hasil dari kekayaannya yang tersisa.
Tapi saat dia menulis buku, dia belum pernah memasuki alam akhirat. Ketika dia wafat pun dia tidak bisa kembali ke alam dunia. Dia tidak bisa menceritakan kisah yang dialaminya di alam kubur. Tentang kehidupan yang dialami di akhirat. Sedangkan kehidupan akhirat tidak bisa dipisahkan begitu saja daripada dunia. Adanya mati adalah rangkaian hidup manusia yang tidak bisa dipungkiri lagi. Setiap orang akan mati. Nah kemana dia akan pergi setelah mati?
Apa yang terjadi pada diri manusia setelah dia mati? Ini pertanyaan penting nan mendasar dalam masalah hidup. Dan hidup ini penuh dengan ketidakadilan dalam segala hal. Ada yang berkesempatan besar, ada yang tidak memiliki kesempatan, bukan karena salahnya, tapi dia hanya terkena imbas dari kebijakan politik, yang menyebabkan keluarganya menjadi miskin .
Rasanya mustahil jika mati merupakan akhir dari hidup ini. Pasti ada kehidupan setelah mati nanti. Allah sudah memberitahukan kepada kita tentang gambaran utuh kehidupan. Kita mencari gambaran kehidupan jangan dari manusia yang dirinya sendiri masih berjuang hidup, dari manusia yagn tidak tahu. Gambaran hidup semestinya dicari dari Allah Tuhan Alam semesta yang tahu segalanya. Tahu apa yang terjadi hari ini, dan tahu apa yang terjadi esok hari. Allah sudah memberikan gambaran tentang hidup ini dengan jelas. Setelah kehidupan dunia ini akan ada kehidupan akherat. Dimulai di alam kubur, sampai nanti kiamat, berakhir di keabadian. Bisa abadi di sorga, bisa abadi di neraka. Umur dunia ini begitu panjang dibandingkan dengan umur kita. Kita lahir di dunia, dunia sudah ada. Sudah lama ada. Sudah lama ada orang hidup sebelum kita.
Sementara manusia zaman ini hidup hanya 70 80 tahun saja. Lalu menuju alam akhirat. Sebenarnya dia tidak mati. Tapi hanya berpindah alam. Mati adalah istilah dunia untuk menggambarkan orang yang selesai waktunya di dunia, dan berpindah ke alam akhirat.
Beginilah Allah memberitahukan kepada kita. Nanti akan ada alam akhirat, yang diawali dengan alam kubur. Ketika manusia mati, maka dia tidak mati sebenarnya. Dia hanya pindah alam karena tugas menanam di dunia sudah selesai.
Kemana orang pergi setelah mati?
Dia melanjutkan hidupnya di alam kubur, menunggu di sana sampai kiamat terjadi. Berapa lama dia akan menunggu? Tidak ada yang tahu. Yang jelas, sudah banyak orang yang ada di alam kubur dan menunggu.
Mulai kaum Nabi Nuh yang entah sudah berapa lama di sana, juga Fir’aun, yang sampai hari ini paling tidak sudah lebih dari 2000 tahun dia menunggu di alam kubur. Begitu juga dengan kita. Tidak ada yang tahu sampai kapan manusia ada di alam kubur.
Tapi ada yang menarik. Ternyata penantian di alam kubur bisa jadi lebih lama dari masa hidup itu sendiri. Usia fir’aun tidak lebih dari 500 tahun. Tapi dia sudah menanti di alam kubur selama 2000 tahun lebih. Berarti masa kita tinggal di dunia ini begitu pendek dan sempit. Kita hidup 80 tahun di dunia, tapi menanti di alam kubur lebih dari usia kita. Maka sungguh pendek usia kita.
Kita menunggu di alam kubur sampai hari kiamat tiba. Kita bangun dari tempat tidur kita. Berapa lama hari kiamat? Berapa lama masa hari kiamat mulai bangkit dari kubur hingga masuk ke sorga/neraka?
Tidak ada yang tahu. Karena hitungan hari akan berubah. Satu hari di dunia adalah dua puluh empat jam adalah dari hitungan terbit matahari hingga terbit kembali esok harinya.
Pada hari kiamat tidak ada matahari dan bulan. Hitungan hari pun berubah. Entah sampai kapan kita berada di hari kiamat nanti, sampai ke sorga dan neraka.
Berakhir di sorga atau neraka. Kemudian yang ada adalah keabadian. Baik keabadian di sorga maupun keabadian di neraka. Abadi, tanpa batas waktu. Selamanya di sorga, atau di neraka. Bagi kaum muslimin yang terpaksa harus masuk neraka, maka cepat atau lambat dia akan kembali ke sorga lagi. Karena dia memiliki iman, yang menjadi syarat untuk abadi di sorga.
Kelak yang abadi di neraka adalah orang-orang kafir.
Nah mari bandingkan dengan masa hidup kita di dunia. Dibandingkan dengan keabadian yang kita lalui. Dan menjadi tabiat manusia, bahwa waktu yang telah berlalu tidak akan terasa panjang. Waktu yang kita lalui selama 10 tahun, 20 tahun, tidak terasa lama, karena sudah kita lalui. Begitu juga nanti di hari kiamat, kita akan merasa hanya tinggal di dunia sehari, atau kurang dari sehari.
Ketika kita tahu bahwa kita lahir untuk keabadian. Sekali kita lahir, maka kita akan terus berjalan. Dari dunia ke alam barzakh, dari alam barzakh ke hari kiamat, lalu berakhir di sorga atau neraka.
Usia hidup kita di dunia sungguh sedikit bila dibandingkan dengan keabadian. Keabadian adalah invinity, tanpa batas. Bisa seribu, sepuluh ribu, bahkan seratus ribu tahun. Apalah artinya 70 tahun jika dibandingkan dengan keabadian? Sungguh amat sedikit. Maka ketika orang mengartikan sukses hanya dengan sukses selama 70 tahun, lalu mengabaikan perjalanan berikutnya yang akan ditempuh oleh manusia, maka sungguh keliru. Apa gunanya sukses pada 70 tahun, lalu gagal dalam keabadian? Ketika menganggap sukses adalah dengan sukses di dunia, meskipun gagal dalam keabadian, bukankah itu kesalahan fatal?
Dengan melihat gambaran keseluruhan kehidupan, yang diawali dari kelahiran di dunia, dan berakhir pada keabadian di sorga atau di neraka, kita jadi memiliki gambaran utuh, dan tidak melihat dengan sempit. Hasil kesimpulan yang keliru muncul karena data yang keliru. Ketika hanya melihat kehidupan dunia ini sebagai akhir dari kehidupan, maka dia akan memiliki kesimpulan keliru. Tapi ketika melihat kehidupan dunia dengan pandangan keseluruhan, maka orang akan bisa memiliki pandangan yang bijak dan luas.
Sukses yang sejati adalah sukses dalam keabadian. Dan resiko yang ditanggung adalah terlalu besar. Yaitu keabadian. Ketika gagal, maka akan merasakan abadi dalam gagal. Ketika sukses, maka akan merasakan abadi dalam sukses. Sukses adalah bagaimana agar sukses dalam abadi. Sukses adalah bagaimana cara merasakan kebahagian dalam abadi. Bukan menikmati kehidupan yang sementara, tapi sengsara pada kehidupan abadi.
Dan Allah menggariskan bahwa dunia ini adalah tempat untuk menanam, Dunia bukan tempat menikmati. Dunia adalah tempat menabung amalan untuk keabadian. Inilah yang digariskan Allah. Maka sukses di dunia adalah ketika kita menepati tugas kita di dunia. Sukses di dunia bukanlah sukses secara finansial. Bukan kaya. Bukan populer. Tapi sukses dunia adalah ketika menggunakan waktu untuk menggapai sukses abadi. Yaitu masuk ke dalam sorga.
Inilah yang dipahami oleh sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, inilah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada sahabatnya, yaitu sukses bukan kaya, tapi sukses adalah kekal dalam kenikmatan abadi di sorga. Maka Mi’dan bin Abi Talhah Al Ya’muri, bertanya kepada Tsauban, tentang amal yang dapat membuatnya masuk ke sorga. Maka Rabi’ah bin Ka’ab ketika ditawari untuk meminta yang dia mau, dia meminta sorga.
Jawaban Nabi shallallahu alaihi wasallam terhadap Tsauban dan jawaban Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada Rabi’ah adalah sama. Shalat. Perbanyak shalat jika ingin mendekat ke sorga.  Shalat itulah yang menjadi kunci sukses untuk menghadapi dunia ini. Agar perjalanan 70 tahun kita di dunia ini berujung kepada sukses, dan kita melalui sisa umur kita dengan bahagia dalam keabadian.
Mengapa Shalat? Ini pertanyaan besar. Mengapa nabi menjawab shalat? Mengapa shalat bisa membawa ke sorga? Mengapa shalat dapat menjauhkan diri dari neraka?
Ibaratnya, siapa pun anda, sukses bisa anda raih. Asal anda meraih jalannya. Asalkan anda shalat dengan benar, anda bisa sukses. Ini sudah jaminan Allah. Anda kaya, ketika anda shalat dengan benar, maka anda akan sukses di dunia. Anda akan menjadikan harta anda sebagai kendaraan menuju akhirat yang mempercepat jalan anda ke sorga. Bagi yang miskin, anda akan memaksimalkan kemampuan anda untuk mencari sorga.
Anda akan bertemu si kaya di sorga. Perjalanan hidup yang 70 tahun ini akan menjadi bagaikan anak tangga yang dinaiki dalam rangka berjalan ke sorga. Setiap hari semakin mendekat ke sorga. Setiap hari menaiki anak tangga kebaikan, terus naik dan meninggi, sampai di hari terakhir keberadaan kita di alam dunia, itulah hari terbaik dalam hidup kita.
Draf tulisan, daripada disimpan lebih baik dishare.

Leave a comment